HARI KESEHATAN PARU: MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL DAN ERA ROKOK ELEKTRIK

2025-09-25

Hukermas

Hari Kesehatan Paru: Menghadapi Tantangan Global dan Era Rokok Elektrik

Oleh: Dr. dr. Heidy Agustin, Sp.P(K)

Kesehatan paru merupakan aspek penting dalam menjaga kualitas hidup manusia. Di tengah perubahan iklim, tingginya polusi udara, serta ancaman penyakit menular, isu ini semakin relevan. Hari Kesehatan Paru Sedunia yang diperingati setiap 25 September menjadi momentum untuk mengingatkan kembali pentingnya perlindungan terhadap kesehatan respirasi sekaligus menghadapi tantangan baru yang terus bermunculan.

Salah satu isu yang kini banyak mendapat perhatian adalah meningkatnya penggunaan rokok elektrik atau vape, terutama di kalangan generasi muda. Produk ini sering digambarkan sebagai alternatif yang lebih aman dibanding rokok konvensional. Namun, berbagai penelitian menunjukkan uap cairan rokok elektrik tetap mengandung nikotin, logam berat, dan zat berbahaya lain yang dapat merusak paru-paru. Kasus E-cigarette or Vaping Associated Lung Injury (EVALI) yang pernah muncul di beberapa negara membuktikan bahwa produk ini tidak bebas risiko. Lebih jauh lagi, sifat adiktif nikotin membuat pengguna sulit berhenti, sementara variasi rasa dan aroma justru menarik anak muda untuk mencoba tanpa memahami dampak buruknya.

Selain rokok elektrik, tuberkulosis (TB) masih menjadi tantangan besar. Angka kesakitan dan kematian akibat TB, terutama pada kasus TB resisten obat, masih tinggi, dan banyak pasien belum mendapat perawatan memadai. Di sisi lain, polusi udara terus memperburuk kondisi pernapasan, dengan meningkatnya prevalensi asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hingga kanker paru, bahkan di kelompok usia muda. Semua ini mempertegas urgensi strategi pencegahan, deteksi dini, serta perawatan yang lebih efektif.

Tantangan ini tidak hanya menjadi perhatian nasional, tetapi juga global. WHO bersama negara-negara anggotanya tengah membahas Pandemic Treaty dan amandemen International Health Regulation (IHR) untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi pandemi di masa depan. Upaya ini menekankan pentingnya solidaritas, transparansi, serta akses yang adil terhadap vaksin, obat, dan layanan kesehatan. Langkah tersebut lahir dari pengalaman menghadapi pandemi COVID-19, yang menunjukkan perlunya sistem kesehatan global yang lebih tangguh.

Indonesia turut memberi kontribusi melalui penyelenggaraan Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (PIPKRA) ke-21 oleh Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI pada Mei 2024. Mengusung tema “The Future Landscape of Pulmonary Medicine in Indonesia”, forum ini menghadirkan diskusi tentang bagaimana dunia medis dapat merespons tantangan kesehatan paru di masa depan, baik dari sisi ilmiah maupun praktis. RS Persahabatan dan RS Universitas Indonesia juga memperkuat upaya ini dengan layanan unggulan, seperti Klinik Berhenti Merokok, Klinik Gangguan Tidur, Pulmonologi Intervensi, hingga Pelayanan TB Resisten Obat Terpadu.

Hari Kesehatan Paru Sedunia tahun ini mengingatkan kita bahwa paru-paru sehat adalah hak sekaligus aset bagi semua orang. Dengan edukasi publik, regulasi yang kuat, serta kerja sama antara pemerintah, akademisi, tenaga kesehatan, dan masyarakat, tantangan kesehatan paru dapat dihadapi secara lebih tangguh, demi masa depan yang lebih sehat.



Tag: